Thursday, January 3, 2013

Review (in Indonesian): Beneath The Veil and Paradise by Kate Hewitt



Having a passionate affair on a desert island was not something Millie Lang ever thought she'd do...Since tragedy struck her life, Millie has cocooned herself in her work, leaving no time to think or feel. 

Chase Bryant has his own reasons for escaping it all. As long as they both know this paradise is just for one week with no messy emotions all should be fine. But neither of these two damaged souls is ready for the Pandora's Box of emotions that their intense passion unleashes...

(Sinopsis diambil dari Goodreads)

Format: e-copy (provided by Harlequin via Net Galley)
Jumlah Halaman : 192 halaman
Penerbit : Harlequin (18 Desember 2012)
Bahasa : Inggris
Genre : Kontemporer



Awal membaca buku ini, saya nggak terlalu semangat. Kok kayaknya bakal klise ya, cewek kaku ketemu cowok playboy. Beberapa bab berikutnya, saya juga masih biasa aja. Juga sempat berpikir, ini cewek segitu putus asanyakah sampe menawarkan perjanjian semacam itu? Dan si cowok ini nyebelin banget sih pake maksa cara kayak gitu, dan ya kok ceweknya nurut aja?
Tapi namanya juga cerita, dan saya juga gak bisa bilang bahwa saya nggak akan seperti itu kalo dalam situasinya Millie. Siapa tau kalo ketemu cowok cakep menggiurkan nan tampan (dan tajir!) saya malah lebih parah daripada Millie. Hahahahaha... Saya juga cukup terhibur sama nama tokoh cowoknya, Chase. Pssst... meskipun William Shakespeare pernah bilang, "Apalah arti sebuah nama?", buat saya itu cukup penting, dan cukup menentukan apakah saya akan suka ato malah males sama tokohnya.
Yak, balik ke Chase dan Millie, saya agak sempat bertanya-tanya, ini kapan 'tidur' barengnya ya? Kok cuma main-main and jalan-jalan aja? Dan ketika akhirnya pertanyaan saya terjawab, saya bisa ngerti sih kenapa Chase (dan Millie juga) jadi menarik diri. Nah, di sinilah menurut saya baru terasa serunya. Emosinya benar-benar main. Naik turun seperti rollercoaster. Dan waktu akhirnya Chase dengan sukses menanyakan pertanyaan yang tepat, saya sukses ikutan menitikkan air mata seperti Millie  yang langsung nangis. Huhuhuhu... sediiiiiiih...

Soal karakter, menurut saya baik Chase dan Millie cukup tergambarkan dengan baik. Meskipun mungkin masih agak kurang detil atau mendalam, tapi untuk novel setebal 192 halaman, emosi dan karakter mereka bisa terasa oleh pembaca. 

Dan jujur, saya kurang suka sih sama cerita-cerita di mana tokoh-tokohnya langsung merasa bahwa mereka mencintai si pasangan/lawan jenis padahal baru ketemu 4 hari. Mungkin karena saya penganut temen-jadi-demen atau witing tresno jalaran soko kulino (cinta tumbuh karena terbiasa) yang membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama. Hitungan minggu masih saya maklumi. Tapi hari?
Mungkin cinta itu tumbuh di antara Chase dan Millie karena selama 4 hari mereka intens bersama terus, dan langsung main tebak emosi yang bisa membuat mereka jadi membuka diri terhadap satu sama lain (meskipun mereka sebetulnya nggak pengen). Tapi mungkin efeknya jadi kayak ketemu psikolog kali ye? Kadang orang asing adalah tempat yang tepat buat curhat. 
Anyway, khusus buat Chase dan Millie, ketidaksukaan saya bisa saya hilangkan. Saya juga suka sama endingnya. Simpel tapi manis. Love it!

Dan saya bingung, antara mau kasih rating 4 atau 5 bintang!
Dan (lagi) ngomong-ngomong, ini bakal ada lanjutannya nggak ya? Soalnya dua kakak laki-laki Chase belum merit. :D 


No comments:

Post a Comment