*** |
My very first of Gena Showalter! Didn't think I'd ever read her book. Karena sejujurnya saya nggak tertarik baca novel dengan genre paranormal atau fantasi. Entah sedang dikuasai Iblis apa ketika memutuskan untuk baca dan beli buku ini. Lords of Buying-Books? :))
Jadi ada sejumlah kesatria yang sengaja membuka kotak Pandora, tempat menyimpan iblis-iblis. Niatnya mereka cuma memberi pelajaran pada dewa-dewa yang justru memilih Pandora, kesatria wanita, untuk menjaga kotak itu. Apa daya begitu dibuka iblis-iblis itu langsung merasuki para kesatria. Maddox, yang dirasuki Iblis Kekerasan, membunuh Pandora.
Akibat ulah mereka, dewa-dewa mengutuk mereka menjadi wadah bagi para iblis. Setiap kesatria dapet jatah satu iblis, dan kalo si iblis dalam diri mereka udah menguasai, ya sudlah, mereka harus berjuang mengendalikan diri. Iblisnya macem-macem. Ada sang Kekerasan, Amarah, Rahasia, Wabah, Kesakitan, Keraguan, Kepedihan, Kebohongan, Bencana, Berahi ... apalagi ya?
Sejauh ini yang paling menarik minat si Kesakitan, Kepedihan, Kebohongan (kalo ngomong pasti kebalikan dengan yang dimaksud), Rahasia, Bencana (menurutku ini kocak, kasiaaaan). Dengan segala macem sifat Iblis ini, gak heran kalo serinya (bakal) banyak. Hadeeeeeh ... nggak terlalu suka banget nget, tapi penasaran pengen cerita tentang yang lain.
Jadi kepikiran, kalo untuk versi sekarang, ketika seseorang gak bisa nahan diri untuk online, bbm-an, belanja, dll, jangan2x itu mereka juga dikuasai sang Internet, sang BBM dan sang Shopaholic. Hmpfh!
Back to buku ini, saya nggak terlalu merasakan chemistry antara Maddox dan Ashlyn, semua berjalan terlalu cepat. Bahkan adegan intimnya berasa cuma jadi bumbu dan tempelan. Nggak penting2x banget. Kalopun chemistry mereka bisa saya rasakan, tanpa adegan intim itu sudah bisa bikin emosi pembaca sedikit naik turun di ending pas Ashlyn berkorban demi Maddox. Saya malah jadi lebih tertarik Danika dan Reeyes. :D
Back to buku ini, saya nggak terlalu merasakan chemistry antara Maddox dan Ashlyn, semua berjalan terlalu cepat. Bahkan adegan intimnya berasa cuma jadi bumbu dan tempelan. Nggak penting2x banget. Kalopun chemistry mereka bisa saya rasakan, tanpa adegan intim itu sudah bisa bikin emosi pembaca sedikit naik turun di ending pas Ashlyn berkorban demi Maddox. Saya malah jadi lebih tertarik Danika dan Reeyes. :D
*Yang bikin penasaran: karena emang suka banget seri yang berkesinambungan yang ada hubungan (temen ato sodara, tapi tidak ortu-anak), saya penasaran ama seri-seri berikutnya. Masih menimbang2x untuk beli ato cumi. Hihihihihi...
No comments:
Post a Comment