Sunday, January 13, 2013

My Ridiculous Romantic Obsession

Ini adalah kisah cewek bertemu cowok. Cowoknya tampan sementara si cewek biasa-biasa saja, dengan rambut ikal yang liar seperti medusa. Ih. Ada kesalahpahaman, tokoh antagonis yang kejam, dan pernyataan cinta yang tepat waktu .... Yah, baiklah, ini memang cerita romantis. Tapi tolong dicatat, tidak ada perempuan berpakaian ketat di pelukan perampok berotot di sampul tipisnya; aku bukan cewek seperti itu.

Aku seorang cewek yang sehari-harinya menjalani kehidupan normal. Dan aku tidak bisa mengerti kenapa Ben—yang setampan dewa Yunani—ingin menjadi temanku. Apakah karena kami berdua bisa bermain gitar dan menyukai es krim dengan rasa yang sama? Atau apakah dia ingin dekat-dekat denganku agar aku bisa membantunya menyelesaikan tugas kuliah? Kuharap tidak, karena aku sama sekali tidak tertarik pada cowok yang memanfaatkan cewek seperti itu. Tidak, terima kasih.

Tapi aku sangat tertarik pada Ben. Dia benar-benar pria terhormat—tokoh jagoan dalam novel romantis sungguhan. (Seperti Mr. Darcy yang terdaftar di kelas sejarah seniku.) Mungkinkah ini nyata? Ataukah obsesi romantisku yang konyol berhasil mengelabuiku—sekali lagi?


Format: buku (pinjem dari Amel)
Jumlah Halaman : 270 halaman
Penerbit : Atria (Oktober 2011)
Bahasa : Indonesia (terjemahan)
Genre : Kontemporer, Young Adult

HATI-HATI! Suka nggak sadar kalo saya spoiler saking antusiasnya bercerita. :D

Sementara banyak orang suka baca novel dengan genre Young Adult  seperti Twilight, Perfect Chemistry, Iron King, dll. (saya nggak bisa kepikir yang lain, payah ya), saya belum tertarik sama sekali. Yah baca sih 1-2 buku. Sempet beli juga, tapi ngerasa biasa aja. Ngeliat cover novel ini muncul di recent updates di Goodreads saya tertarik. Sama covernya. Dan itu muncul di statusnya Amel. Berhubung rumahnya dekat, saya todong langsung aja. Eh, dasar nggak tau diri, udah dipinjemin, saya berlama-lama karena mood untuk membaca tak kunjung datang. Setelah baca 2 bab, saya tinggal.
Mungkin karena awal tahun dan masih semangat sama resolusi saya, saya terdorong untuk membaca ini (dari awal tentunya, karena saya nggak inget lagi apa yang udah saya baca).

Dan saya sukaaaaaa ... Awalnya agak membosankan buat saya. Standardlah, deskripsi tentang kuliahnya Sarah, tentang cowok dengan gaya bahasa yang konyol dan dilebih-lebihkan (dari sudut si Sarah). 
Jadi Sarah adalah cewek yang tergila-gila novel romantis. Bisa disebut novel roman gak? Kok kayaknya nuansanya beda ya kalo disebut novel roman dan romantis? :D
Nah, karena obsesinya sama novel roman ini, Sarah sering ngehubungin apa  yang terjadi pada dirinya, dan cewek-cewek dan cowok-cowok di sekitarnya dengan apa yang sering dia baca. Bahwa cowok tertarik sama cewek seksi dengan suara mendesah dan bentuk bodi bagus. Sementara cewek pintar tapi berpenampilan biasa aja jelas nggak bakal dilirik. Jadi dia agak bingung, takjub, ketika Ben, cowok yang menurutnya paling oke dan menakjubkan, pintar dan menarik, tertarik sama dia. Hmm... kok dia nggak percaya sama Cinderella ya? :D

Saya suka karakter Sarah yang terlepas dari kekurangannya (yang dirasakan oleh dirinya sendiri), ternyata dia punya banyak kelebihan: pintar, jago main gitar, bisa nyanyi, dan yang paling penting, bisa masak! Kan katanya cara paling cepat merebut hati pria lewat perutnya. Dan Sarah sukses membuat Ben, dan juga Chel, sahabatnya, bertekuk lutut (meskipun Sarah nggak sadar soal ini). Jadi saya ngebayangin si Sarah ini bener-bener jago masak. Saya jadi terinspirasi untuk lebih sering terjun ke dapur dan mencoba resep baru.
Tapi saya juga terpikir sih, kayaknya ada beberapa waktu saya juga seperti Sarah, berpikir it's too good to be true kalo ada cowok yang oke mau sama cewek yang (menurut saya) biasa-biasa aja, sementara ratusan cewek yang lebih menarik berseliweran di mana-mana. Insecurity! Siap-siap panggil psikolog buat konseling! :D

Saya suka hubungan yang manis kayak Sarah dan Ben, lebih berasa kayak teman. Dan hah! Nuansa ini yang jadi bumerang buat hubungan mereka. Saking nyamannya hubungan mereka, Sarah berpikir Ben cuma pengen temenan aja, sementara Ben punya pandangan lain. 
Saya sukaaaaaaaaaa banget sama ilustrasi Dean soal main catur ketika dia berusaha menjelaskan ke Sarah tentang hubungan Sarah dan Ben dari sudut pandangnya dia sebagai cowok.

Karena ini cuma diambil dari sudut pandang Sarah, saya jadi agak penasaran sama alasan (dan cara pandang) Ben kenapa dia bisa sampe suka sama Sarah, sejak kapan, apa yang ada di pikirannya. Mungkin karena beberapa bulan ini saya selalu baca novel yang diceritakan dari sudut pandang orang ketiga (penulis), jadi saya selalu tahu apa yang dirasakan dan dipikirkan kedua belah pihak. Dan begitu baca novel gaya begini (ala chicklit dan metropop), saya harus beradaptasi lagi nih. Tapi abis baca novel ini saya jadi kangen dan pengen baca novel-novel semacam ini, terjemahan atau lokal. *belagu abis lama banget baca novel berbahasa Inggris terus. Hihihihihi....

My english review (which was written in a shorter descriptions because I didn't know how to describe it) can be read on Goodreads.


2 comments:

  1. aku juga sukaaa buku ini. awalnya ngga punya ekspektasi apa-apa, bahkan sempet skeptis bakal mirip2 sama lainnya. tapi ternyata bagus ya :D

    ReplyDelete
  2. I am not sure what book yet, but was interested in getting Jamie McGuire's Walking Disaster.

    ReplyDelete