Caroline Trent sejak kecil harus tinggal berpindah-pindah dengan wali yang berbeda. Wali terakhirnya adalah seorang laki-laki yang tamak sehingga Caroline memilih untuk melarikan diri pada suatu malam. Namun, ia tidak menduga kalau malam itu adalah malam yang mengubah hidupnya selamanya.
Blake Ravenscroft adalah agen pemerintah yang menyelidiki kasus mata-mata. Ia memiliki masa lalu yang kelam serta memendam rasa sakit akibat ditinggal orang yang dicintainya sehingga ia menutup hatinya dan tidak pernah berpikir untuk menikah, sampai ia bertemu Caroline. Awalnya, Blake menyangka Caroline adalah mata-mata Napoleon. Ia menculik Caroline dan mengikatnya di tempat tidur. Setelah identitas Caroline terungkap, Blake menyadari kalau hatinya mulai goyah melihat Caroline yang riang dan polos. Sementara itu, Caroline mulai menyadari kalau dirinya jatuh cinta kepada penculiknya.
Penyelidikan Blake yang berbahaya tidak menggoyahkan keputusan Caroline untuk ikut membantu. Dan ketika nyawa Caroline terancam tepat di hadapannya, Blake pun harus menghilangkan trauma masa lalunya dan menyelamatkan Caroline sebelum semuanya terlambat...
REVIEW SAYA
Ini salah satu buku yang hampir selalu dielu-elukan teman-teman saya yang suka banget sama novel historical romance. Sebagai penggemar seri The Bridgerton-nya Julia Quinn, saya percaya bahwa novel ini bagus. Dan kocak, yang menurut saya salah satu kelebihan Julia Quinn.
Saya beli novel ini di tahun 2011, nggak inget bulan apa. Yang jelas, baru saya baca di bulan April 2013 setelah plastik segelnya dibuka ibu saya yang sudah selesai membacanya terlebih dahulu. Dan beliau mengeluhkan adanya cetakan yang salah, yaitu halaman 193-200-nya nggak ada, dan justru tergantikan sama isi novelnya Eloisa James. Jadi, sebagai pembaca, kita dipaksa mengira-ngira ada kejadian apa di antara bab 11-12.
Di awal buku, saya yang sudah lama nggak baca novelnya JQ langsung bisa merasakan kekhasan JQ dalam menggambarkan tokoh yang unik dan terkesan seenaknya sendiri. Well, Caroline emang beda. Setidaknya dari standard orang-orang di jaman itu, tapi nggak beda sama heroine-heroine. :D Anyway, bahkan ketika dia berdebat mulut dengan Percy, saya langsung inget bahwa yang bikin saya suka sama novel2xnya JQ adalah dialognya yang segar dan terkesan cepat, tapi ringan.
Ketika akhirnya Caroline bertemu Blake, yah, saya agak merasa aneh. Maksudnya, mengingat Blake adalah agen rahasia, harusnya sih suasananya bisa lebih sedikit dark. Tapi berkat karakter Caroline, semua jadi berasa konyol yang membuat saya jadi mikir, mungkin nggak siiiiiih??? Tapi saya menikmati interaksi dan dialog di antara mereka. Dan suasana jadi lebih seru begitu James, sahabat dan rekan kerja Blake, muncul. Dan lebih meriah lagi waktu Penelope, kakak perempuan Blake, juga datang berkunjung. Belum lagi tingkah konyol Perrwick, salah satu pelayan Blake. Berasa nonton film komedi.
Tapi niiiih ... tidak seperti saat membaca seri Bridgerton, saya merasa ada yang kurang. Dan cerita mereka nggak seseru yang selama ini dipromosikan teman-teman. Menurut saya, ada beberapa faktor yang memengaruhi penilaian saya ini:
- Saya dalam masa sedang mengejar tenggat pengumpulan tugas, yang berarti saya baca secepat mungkin karena penasaran tapi disertai rasa bersalah karena menyisihkan waktu buat baca novel. :D
- Apakah karena ini terjemahan? Bukannya sok bisa baca buku bahasa Inggris, tapi seringkali ada cerita-cerita yang lebih dapat 'feel'-nya pas pake bahasa aslinya.
- Gara-gara ada insiden kesalahan penjilidan yang membuat saya kehilangan sebagian cerita.
4 bintang. Dan setelah berhasil menyelesaikan 1 laporan (padahal keseluruhan masih ada 5 laporan dan 1 proposal yang harus dikerjakan), saya pengen baca lanjutannya yang tentang James. Tapi lihat saja nanti.
No comments:
Post a Comment