Sunday, April 7, 2013

Review: Menaklukkan Hati Sang Marquis oleh Julia Quinn


Edisi: Paperback, 448 halaman
Tanggal Terbit: April 2011
Penerbit: Dastan Books 
ISBN139786028723794
Bahasa: Indonesian
Judul Asli: How to Marry a Marquis (diterbitkan pertama kali 9 Maret 1999)

Elizabeth Hotchkiss harus menikah secepatnya dengan seorang laki-laki kaya. Sebagai saudara perempuan tertua dengan tiga adik masih kecil, ia harus bekerja keras untuk membiayai kebutuhan keluarganya sejak kedua orangtuanya meninggal. Namun, kebutuhan mereka semakin lama semakin meningkat sehingga ia tidak tahu lagi harus mendapatkan uang dari mana. Elizabeth lalu memutuskan bahwa satu-satunya cara adalah menikah dengan bangsawan yang kaya.


Sementara itu James Sidwell alias Marquis of Riverdale, diminta datang oleh bibinya yang kebetulan merupakan majikan Elizabeth, untuk menyelidiki suatu kasus kekerasan. James datang dengan menyamar sebagai pengurus properti. Ia menerima undangan bibinya karena ingin melarikan diri dari gadis-gadis yang mengejarnya di London. Selama ini, James beranggapan tidak ada wanita yang mampu membuatnya tertarik. Namun, semua itu langsung berubah sejak pertama kali ia melihat Elizabeth. James langsung terpukau dengan kecantikan dan kebaikan hati Elizabeth sekaligus lidah Elizabeth yang tajam yang entah bagaimana sekaligus membuatnya terpikat. Di lain pihak, seumur hidupnya baru kali ini Elizabeth bertemu dengan seorang laki-laki setampan James. Setiap kali berdekatan dengan James, jantungnya selalu berdebar-debar. Namun, Elizabeth tidak bisa jatuh cinta pada James, karena James mengaku sebagai laki-laki miskin.



Setelah jati diri James yang sebenarnya terkuak, apakah Elizabeth masih mau menerima James yang sudah membuatnya merasa tertipu dan tersakiti dengan penyamaran pria itu selama ini? Dan apakah tekad James cukup kuat untuk meyakinkan Elizabeth agar mau menikah dengannya?


REVIEW SAYA:
Setelah sukses menyelesaikan buku pertamanya, saya langsung penasaran baca dan melanggar janji membacanya kalo udah berhasil menyelesaikan laporan. Duh!

Jadi cerita dimulai seperti sinopsis di atas, dan ini merupakan salah satu tema favorit saya, yaitu ketika di mana salah satu tokoh berpura-pura menjadi orang lain. :)
Karena sudah lama nggak baca buku-bukunya JQ, saya benar2x lupa siapa itu Lady Danburry yang namanya sangat familiar. Tentu saja saya mengenal William Dunford, nama itu juga familiar, meskipun saya nggak tau persis dia muncul di novel yang mana. Jangan-jangan saya udah baca tapi nggak inget?

Anyway, saya suka banget dengan ide buku merah itu. Bagaimana Susan, adik Elizabeth (alias Lizzie), dengan bijaksana meminta Lizzie untuk benar-benar memraktekkannya. Padahal dia baru umur 14 tahun. Yah, kemudian ceritapun mengalir, dan saya suka dengan interaksi antara James dan Lizzie. Lagi-lagi, dialog yang cerdas (dan cepat) antara tokoh-tokoh, termasuk tokoh tambahan selain Lizzie dan James membuat saya sempat keteteran mengikutinya.

Baca buku kedua tentang James dan Lizzie jauh lebih cepat dan dibandingkan buku tentang Caroline dan Blake. Saya jauuuuuuh lebih menyukai karakter Lizzie dibanding Caroline. 

Secara keseluruhan, saya suka dengan semua karakter di buku ini, kecuali ... Caroline. Duh, perasaan saya ke Caroline antara pengen ketawa dan sebel. Saya jadi merasa bisa merasakan kekesalan James waktu Caroline bolak-balik nyeletuk. Jadi sementara orang-orang merasa buku satu lebih seru (karena emang situasinya amat sangat ajaib dan konyol, ditambah karakter Caroline yang bebas lepas dan cenderung impulsif), saya justru lebih suka dengan pasangan James dan Elizabeth. Tapi bener sih, seperti kata temen-temen, kemunculan Blake dan Caroline di sini bikin suasana jadi lebih rame. 

Saya kagum banget sama tokoh Elizabeth yang sangat setia dan sayang pada adik-adiknya. Kagum pada usaha dan kepeduliannya. Keterbukaannya mengenai masalah keuangan terhadap adik-adiknya yang, untungnya, bisa ikut menyikapi dengan bijaksana. Di tengah situasi seperti itu, saya melihat Lizzie tetap tegar, tetap positif dan bisa membuat adik-adiknya juga tetap positif. Saya bisa mengerti kekesalan James ketika Elizabeth mempertahankan harga dirinya dan menolak wesel pemberiannya, meskipun itu mengorbankan kesejahteraan adik-adiknya. 

Saya kasih bintang 4 (meskipun saya punya feeling seandainya saya baca edisi asli bahasa Inggrisnya adalah sangat mungkin saya memberi bintang 5).



1 comment:

  1. Eh ini buku yang ada Lady Danburry yang ada di Bridgerton itu bukan? Sudah dari dulu pengen baca buku ini tapi pas ke toko buku gak nemu yang lagi diskon, hehe.
    Mba Didi mampir dong ke blog ku Jurnal Happily Ever After
    Masih newbie di dunia ngeblog nih, perlu banyak kritik dan saran :)

    Juni

    ReplyDelete