Wednesday, November 20, 2013

Review: Driving Her Wild (Wilinski's #3) by Meg Maguire

*KHUSUS DEWASA (18++)

Title : Driving Her Wild
Author : Meg Maguire
Series : Wilinski #3
Publisher : Harlequin
Published Date : 1 Januari 2013
Pages : 218
Genre : Adult, Contemporary Romance
Language : English

Winning is good. Succumbing is even better… 

Evasion 

Recently retired pro MMA fighter Steph Healy is through having rough-and-tumble romps with sexy blue-collar dudes. Unfortunately, Wilinski's Fight Academy has hired an electrician with a body built to make a gal weep. And avoiding some full-body contact is taking all of Steph's self-control. 

Grapple 

Carpenter-turned-electrician Patrick Doherty is damn good with his hands. Sure, he's not what Steph is looking for—yet. But he's about to prove that she has seriously underestimated her opponent…. 

Submission 

The moment Patrick has her deliciously pinned, Steph knows she's in deep, deep trouble. Because this seemingly mild carpenter has the mastery to give her exactly what she needs…and this is one takedown she's willing to take lying down!

Cek di GOODREADS  atau beli di BOOK DEPOSITORY


My Opinion
*kayaknya ini bakal ada spoiler. Waspadalah!

Perkenalkan, Steph Healy, seorang fighter perempuan yang sekarang mengajar di Wilinski Fight Academy. Berasal dari keluarga kelas ekonomi menengah yang sempat mengalami masa-masa susah, Steph nggak pengen kehidupannya nanti harus susah seperti orangtuanya. Itu sebabnya dia memutuskan berhenti berkencan dengan para pria pekerja dengan ekonomi menengah yang pas-pasan. Dia ingin bisa hidup nyaman tanpa harus khawatir sama masalah keuangan. Steph memutuskan untuk bergabung di agen biro jodoh dan mulai berkencan dengan pria-pria yang mapan dan berpenghasilan baik. Matre? Nggak juga, mengingat dia punya alasan yang cukup realistis berdasarkan pengalamannya di masa lalu.

Di tengah-tengah resolusinya untuk nggak lagi terlibat hubungan dengan pria-pria biasa aja, masuklah Patrick dalam kehidupan Steph.  Patrick adalah seorang laki-laki pekerja keras. Sebetulnya dia adalah tukang kayu yang handal, tapi karena sepinya order dan dia harus bertahan hidup demi membayar tagihan-tagihan, dia bela-belain kerja apapun, termasuk menerima pekerjaan sebagai teknisi listrik dari sepupunya. Di Wilinski Fight Academy ini, Patrick dapet kerjaan untuk memasang alarm. Tapi emang dasar modal nekat, pekerjaan yang harusnya bisa selesai dalam beberapa jam, sukses membuat Patrick pusing sampai sekolahan mau tutup gara-gara instalasi di gedung yang rumit.

Pertemuan pertama mereka terkesan biasa saja. Bisa dibilang Steph cuma melihat Patrick sepintas lalu. Belum lagi karakter Patrick yang dibuat biasa banget dan agak ceroboh. Dia sukses bikin hidung dan tangan Steph berdarah, dalam dua kesempatan yang berbeda. Belum lagi gara-gara dia kesulitan dengan alarm yang baru dipasangnya, Patrick membuat Steph batal berangkat ke kencan buta pertamanya karena mereka terperangkap di dalam gedung. Sikap dan perilaku Patrick bikin Steph sebel dan gregetan. Tapi...

Di balik kecerobohannya, menurut saya Patrick adalah tipe cowok dan anak baik-baik yang manis, yang sadar dia punya kekurangan, tapi tetap nyaman dengan dirinya. Meskipun Steph jelas-jelas bilang nggak tertarik, dan meskipun Steph jelas-jelas sedang mengusahakan kencan dengan beberapa pria, dia tetap bersikap manis dan gigih berusaha. Makanya Waktu Steph dengan jujur bilang dia nggak pengen menjalin hubungan dengan pria yang secara ekonomi 'bermasalah' dan Patrick kecewa, saya jadi pengen meluk Patrick. :') 
Tentu, hot and sexy tetap menjadi nilai plus bagi Patrick karena sukses bikin Steph panas dingin. Jujur, ini bikin saya pengen nyengir karena ketika hendak membayangkan tokoh Patrick, saya ngebandingin tukang kayu/teknisi di cerita ini sama di kehidupan saya sehari-hari. Beda bangeeeet. Di sini Patrick digambarkan sebagai tukang kayu/teknisi yang seksi. :D Karena ini terbitan Harlequin kategori Blaze, hubungan Patrick dan Steph juga bikin saya panas dingin pas baca . 

Saya suka sama karakter Patrick yang tetap positif dalam situasi yang buat sebagian orang menyebalkan. Waktu mobilnya mogok di dekat apartemen Steph gara-gara ada bagian mobilnya yang patah, Patrick melihat hal tersebut sebagai sesuatu yang baik karena itu membuat Patrick dapat kesempatan nginep di apartemennya Steph. Belum lagi dapet bantuan dari adiknya Steph yang ngerti mobil sehingga dia bisa dapet harga sparepart lebih murah. Lebih oke lagi, adeknya Steph langsung cocok sama Patrick.

Saya suka sama insight yang diberikan oleh kakak Steph waktu tau ketakutan Steph menjalin hubungan dengan Patrick gara-gara masalah keuangannya. Betapapun beratnya situasi ekonomi, ibu mereka tetap mendampingi sang ayah dan menjalani semuanya bersama. Plus, sebagai seorang fighter, bukankah dia tetap bertanding ketika tau dia akan kalah karena lawan tandingnya jelas-jelas berada di atas angin? 
Ini bikin Steph jadi sadar bahwa Patrick adalah tipe pria yang bertanggungjawab dan pekerja keras. Nggak peduli dia lagi kesusahan secara ekonomi, dia mau mengusahakan kerja apapun, termasuk demi mempertahankan rumah impiannya yang dia bangun dari keringat dan tenaga sendiri. Dia juga nggak mengeluh soal keadaannya. 

Hadeh, saya jadi makin cinta sama Patrick!

Buat yang lagi bosen sama novel roman ala Harlequin dengan karakter cowok yang apha-male, buat yang lagi bosen sama tokoh hero yang super duperly kaya alias milyarder, ini bisa jadi alternatif bacaan. Beda dengan novel lain, saya justru merasa di sini sosok Steph justru yang lebih alpha, lebih kuat dan dingin. Tapi justru di situlah mungkin karakternya jadi seimbang sama Patrick.
Selain itu, dengan adanya masalah dan situasi yang sedang dihadapi, karakter Patrick terasa lebih real dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. In a real life, kayaknya saya lebih butuh tipe beta ala Patrick ini. Nggak macem-macem, tetap bisa positif dan kuat, mau kerja keras dan nggak milih-milih, tenang, realistis, tapi ... tetap seksi, romantis, dan ... dominan di saat tertentu. Hihihihi...

Oia, saya baca ini tanpa ngeh kalo ini buku ketiga dari seri Wilinski. Jadi penasaran karena tokoh-tokoh utama di kedua novel sebelumnya muncul cukup banyak di novel ini.




Thursday, October 3, 2013

Review: Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya oleh Abdullah Gymnastiar

Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya
Abdullah Gymnastiar
Khas MQ, 180 halaman

Menggapai kekayaan yang berlimpah merupakan impian setiap orang. Sayangnya dewasa ini manusia lebih mengagungkan kekayaan materi daripada ruhani.

Aa Gym, dalam buku Saya Tidak Ingin Kaya Tapi Harus Kaya ini, hendak memberikan perspektif alternatif tentang kekayaan yang selama ini cenderung materialistik. Di dalam buah karyanya ini, Aa Gym menegaskan bahwa:

  • Bagi umat Islam menjadi kaya adalah sebuah keharusan, jangan hanya sekadar keinginan.
  • Kekayaan adalah sigma dari berbagai komponen. Dengan kata lain, kekayaan tidak berdimensi tunggal (kaya harta), tetapi memiliki dimensi yang luas, yakni kaya ghirah (semangat), kaya input (ilmu, wawasan, dan pengalaman), kaya gagasan (ide dan kreatiitas), kaya ibadah (amal), kaya hati, dan bonusnya kaya harta.
  • Kekayaan ruhani lebih hakiki daripada kekayaan materi semata.
  • Setiap muslim wajib menjemput kekayaan materi maupun kekayaan hakiki yang memiliki nilai tambah (added value).
  • Tolak ukur kekayaan adalah keberkahan (bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dunia dan akhirat).

Perspektif alternatif tersebut paling tidak dapat memberikan pencerahan (enlightenment) sekaligus memberikan kesadaran baru pada manusia tentang pentingnya meraih kekayaan yang hakiki.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Opini saya:
Akhirnya selesai juga baca buku ini... Saya beli buku ini di 26 Oktober 2006. Dikit lagi ini buku bakalan resmi jadi penghuni rumah selama 7 tahun (gara-gara baru dibaca sekarang, kondisinya masih mulus). Baru mulai baca 2 bab pertama di tahun 2011, terus berhenti lamaaaaaaaaa banget. Saya baru mulai melanjutkannya di bulan September 2013.

Anyway, buku ini termasuk buku pengembangan diri, tapi dengan unsur agama. Tidak berat kok. Terutama ketika membaca ini saya berasa mendengarkan suara Aa Gym yang adem ayem. Intinya mengingatkan bahwa menjadi kaya (bukan secara materi) adalah wajib. Memperkaya diri dengan ilmu, akhlak yang baik, pribadi yang kuat, gigih dan tekun, dan selalu mendasari setiap perbuatan untuk mendapatkan ridha Allah, insya Allah juga akan membawa kita pada kemakmuran yang lain, yang nggak cuma untuk kehidupan di dunia, tapi di akhirat kelak.

Ada beberapa kalimat yang cukup menyentil (buat saya yang memang sedang butuh disentil).
Saya suka karena ada bubble-bubble (apa sih istilahnya kalo di buku) yang berisi kutipan kalimat-kalimat penting, dan ada beberapa kutipan ayat yang isinya simpel, tapi sangat mengingatkan.

Nggak nyesel beli buku ini, agak nyesel baru baca sekarang. Tapi tidak pernah ada kata terlambat untuk belajar dan memperbaiki diri kan? ;)



Thursday, August 29, 2013

Review: How To Master Your Habits dari Felix Y. Siauw

Ada satu pertanyaan yang selalu menarik untuk dibahas bagi siapapun yang peduli pada proses pengembangan diri; “mengapa satu orang bisa menguasai satu keahlian tertentu sementara yang lain tidak?” lebih jauh lagi pertanyaannya berkembang menjadi “bagaimana seseorang bisa menguasai suatu keahlian?”

Bagi sebagian besar manusia, keahlian adalah perkara bakat. Bagi sebagian yang lain, keahlian adalah masalah latihan dan pengulangan.

Yang menarik pula, terkadang kita saksikan seseorang sangat termotivasi untuk menguasai satu keahlian, namun dia tak dapat menguasainya. Disisi lain, ada seseorang yang samasekali tak mempunyai motivasi namun menguasai suatu keahlian.

Buku ini bukan buku motivasi, buku ini adalah buku yang akan menjelaskan pada anda bagaimana menguasai keahlian tanpa motivasi, bahkan tanpa berpikir!

Lebih hebat lagi, buku ini dikhususkan untuk anda, para pejuang dakwah Islam!


* * * * * * *

Saya punya buku ini sudah berbulan-bulan lalu lamanya. Tapi belum tergerak untuk membacanya. Waktu akhirnya terdorong baca, mungkin pengaruh abis bulan puasa, mungkin karena saya bikin janji sama diri sendiri untuk menghabiskan sisa tahun ini dengan membaca non fiksi atau non roman. Plus saya lagi pengen mengembangkan diri saya, membuang kebiasaan males dan menunda. Jadilah pilihan saya jatuh di buku mengenai pembentukan habits/kebiasaan.

Dari segi isi, seperti kebanyakan buku-buku pengembangan diri/how to/motivasi (meskipun katanya ini bukan buku motivasi), nggak ada yang cukup baru disajikan di sini. Tapi rasa penasaran, ditambah tampilan di setiap halaman yang berbeda, membuat saya cukup terhibur. Gambar-gambar itu dibuat seperti ilustrasi cerita dan cukup sesuai dengan apa yang dibahas di halaman tersebut. The greatest part-nya, karena ada gambar Jason Statham. Hahahaha... *info gak penting.

Buku ini memang banyak mengangkat ajakan dakwah dan menjadi pendakwah. Tapi bukan dakwah yang sekedar berkhotbah lho. Saya melihat di sini dakwahnya itu lebih bersifat menyebarkan kebaikan dan menjadi pemimpin/sosok yang membuat perbedaan dengan mengajak ke arah kebaikan. Tapi untuk bisa menjadi sosok tersebut, ada kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan. Itulah inti buku ini.

Jujur, saya sebetulnya agak terganggu dengan typo, penempatan tanda baca titik dan koma yang kurang tepat. Saya juga agak terganggu ketika kata 'habits' yang digunakan berulang-ulang tidak dimiringkan. Tapi untungnya, pas lagi baca ini saya memang lagi butuh membangun habits yang baik, jadi saya lebih berfokus pada isinya. Saya suka dengan contoh-contoh atau analogi yang diberikan. Cukup bisa dimengerti, tidak menggurui tapi memaksa kita untuk berpikir, dan ada beberapa yang agak menyentil, yang membuat diri berhenti sejenak untuk merenung, "Iya ya, kenapa ya kalo kita begini bla bla bla bla... 

Untuk bacaan yang singkat, ringan, namun menginspirasi, buku ini bagus. Jenis buku yang bisa dibuka di halaman berapa aja untuk mendapatkan inspirasi atau penguat. Definitely a keeper.

Tadinya mau kasih 5 bintang, tapi typo yang banyak membuat saya urung dan memberikan 4.5 bintang saja. :)


Wednesday, July 31, 2013

Review: I Hate Rich Men oleh Virginia Novita


Adrian Aditomo benar-benar tipikal pria kaya yang dibenci Miranda, tidak peduli betapa tampan dan seksinya pria itu. Sifatnya angkuh dan begitu superior.

Ada lagi, pria itu sinting! Adrian berani menculik Miranda hanya untuk mengatakan kalimat yang tidak masuk akal—“Adik Anda merebut tunangan saya,” kata pria itu dingin.
“Hah?” Hanya itu yang bisa dikatakan Miranda. Apakah orang yang dimaksud pria itu adalah Nino? Nino-nya yang masih berumur tujuh belas tahun dan masih polos? Tidak mungkin Nino-nya yang masih remaja itu menyukai wanita yang lebih tua, apalagi milik orang lain! 
Demi untuk membersihkan nama baik Nino, Miranda terpaksa bekerja sama dengan Adrian. Hal yang sangat sulit dilakukan karena mereka berdua tidak pernah sependapat dan selalu bertengkar. 
Seharusnya sejak awal Miranda menolak berurusan dengan Adrian. Ia benar-benar mengabaikan firasatnya. Firasat yang mengatakan Adrian mampu menjungkir-balikkan hidupnya dan terutama... hatinya.


Sinopsis dicomot dari GOODREADS.

*******

Buntelan Buku pertamaku dari BBI (Blog Buku Indonesia) yang disediakan oleh Mbak Yudith GPU. Thank you, Mbak Yudith, dan Dion yang sudah mengkoordinir bagi-bagi buntelannya. ^^

Kenapa saya milih buku ini dari sejumlah judul yang ditawarkan? Well, karena saya lagi males baca bacaan yang berat. Pengen yang bener-bener ringan dan menghibur. Mengingat banyak teman yang memberi rating tinggi pada buku ini, kenapa nggak? Jadi saya memulai buku ini dengan semangat dan antusias, dan harapan bahwa saya juga akan sangat menikmati buku ini. Seorang teman bilang ini tipikal Cinderella. Hey, I love Cinderella theme. Meskipun mungkin cheesy, saya suka. :D
Daaaaaan...

Eng ing eng ... saya nggak suka. :(

Ide ceritanya bagus. Menurut saya buku ini lucu, menarik, ringan, menghibur. Tapi ... kok berasa ada yang kurang sekaligus mengganggu ya? Ini murni subyektif pendapat saya ya. Mungkin saya sudah punya harapan tertentu, mungkin mood saya lagi nggak pas. Penting diingat, ini sebetulnya masuk kategori Novel Dewasa. Waspadalah!
  1. Di awal buku, masih bagian prolog, saya sudah nggak nyaman dengan gaya 'kebatinan'nya Miranda. I don't know, mungkin karena saya lebih nyaman menggunakan kata "aku" ketika berbicara dengan diri sendiri. Jadi rasanya janggal ketika Miranda menggunakan kata "gue" saat membatin (muncul cukup banyak dengan huruf dimiringkan. Kebatinannya maksud saya, bukan kata "gue"). Kalo ini bacaan teenlit ato si tokoh masih di usia remaja, saya mungkin masih oke. Tapi untuk tokoh 35 tahun? Hmm... bukannya cewek umur 35 tahun nggak boleh pake kata "gue", tapi ya itu tadi, mungkin karena saya pribadi lebih nyaman dengan kata "aku". Sementara, malah Adrian justru pake kata "aku". Kalo yang pake "gue" si Adrian, mungkin saya malah lebih bisa nerima. :D
  2. Terlalu banyak kalimat kebatinan yang menurut saya munculnya (atau letaknya) kurang pas. Jadi berasa nggak konsisten. Yang paling buruk, setiap kalimat kebatinan muncul, saya bener-bener berasa seperti mendengar kalimat kebatinan tokoh-tokoh di sinetron. -_-'
  3. Masih soal "gue" (dan "elo") antara Miranda dan Nino. Lagi-lagi ini bikin saya nggak nyaman bacanya. Saya konservatif kali ya. Bahkan dulu saya nggak suka ketika adek saya pernah  ber-gue-elo dengan saya. 
  4. Ada beberapa adegan yang sebetulnya mungkin lucu and konyol tapi bikin saya bener-bener 'rolling eyes' saking malesnya. Adegan numpahin makanan di sekolahnya Nino? Adegan Miranda berada di kamar Adrian pas Adrian keluar dari kamar mandi cuma mengenakan handuk? Berasa pengen bilang ke Miranda, "Please deh."
  5. Nyambung nomor 4. Penculikan, memata-matai. Adegan Chloe dititipin begitu aja oleh Sandra dan Arthur. Buset! Yang bener aja. Definitely weird. Reaksinya Miranda kok menurut saya agak kurang menggigit gitu ya. Tapi mungkin dia sudah biasa menghadapi hal-hal semacam itu. Hidupnya terasa jauh lebih ramai dibanding hidup saya. *subyektif bangeeet ya. :D
  6. Gaya berceritanya seru sih, tapi ada banyak bagian di mana menurut saya kurang mengalir. Terlalu cepat maju. Ibarat dari gigi dua langsung ke empat. Perpindahannya dari satu kalimat ke kalimat lain terasa kurang halus, seolah ingin bercerita detil, tapi nggak cukup detil. Nah, bingung kan? Saya sampe sempet mikir, apakah kalo diselipin sejumlah kata-kata ato kalimat lain justru jadi bertele-tele? Apa karena kira-kira ada batas halaman supaya ngirit pas mencetak ini buku? :p 
  7. Mungkin juga karena saya belakangan ini membombardir diri dengan membaca banyak novel terbitan Harlequin, jadi pas baca buku ini langsung terpikir, "Harlequin bangeeeeet!" dan merasa agak aneh sendiri. Bisa aja sih cerita-cerita tipikal Harlequin dibikin versi Indonesianya. Toh beberapa buku fiksi Indonesia ada yang mengingatkan saya pada novel-novel Harlequin. Tapi ya itu, berasa ada yang mengganjal di buku ini. 
  8. Ada beberapa pengulangan kalimat (kebatinan) yang menurut saya mengganggu.

Tapi, terlepas dari segala kekurangan, ada juga kok bagian-bagian yang bikin saya menikmati baca buku ini:
  1. Buku ini bener-bener ringan dan menghibur. Penulisnya sukses bikin saya tersihir untuk terus baca sampe abis. *selain mungkin karena todongan dari Dion untuk segera mereview buku ini. Hahahahaha...
  2. Miranda sukses bikin saya ngiri dan berniat diet dan olahraga biar terus fit dan terlihat lebih muda dari usia sebenernya. :D
  3. Saya suka bagian Jessica bilang ke Adrian kalo dia berubah pikiran dan mau menikah dengan Adrian, dan sukses bikin Adrian melongo. :D
  4. Berharap ada sekuelnya tentang Jess dan Nino.
  5. Adrian berkacamata??? Weeew.. jadi penasaran liat bentuk fisiknya, saya pasti jauh lebih suka versi berkacamatanya dia. :D


Akhir kata, buku ini layak untuk dijadikan bacaan yang menghibur. I really wish I could give it 4 stars, tapi karena banyak printilan2x yang mengganggu (buat saya), dengan berat hati saya kasih 2,5 bintang aja.



*Pendapat ini nggak permanen. Seringkali ketika saya baca ulang, pendapat dan sudut pandang saya berubah. Tapi untuk saat ini, ya inilah yang saya rasakan. Seperti kebanyakan review saya yang lain, semua sangat subyektif. Yah, terutama karena saya nggak merasa bisa mereview secara objektif mengenai alur, plot, karakteristik dll. Hehehe...




Sunday, May 5, 2013

Rapid Fire Question About Books

Mendadak dapet todongan dari Ren, sebagai kelanjutan dari pertanyaan massal di grup BBI (Facebook).
Sejarah awalnya sih Winda melempar 10 pertanyaan di FB. Terus Putri Utama memodifikasinya dan ... lha kok terus mendadak menggelinding, dan saya ketembak. *sungguh saya nggak kreatip nih kalo harus bikin pertanyaan-pertanyaan gini. Semedi dulu terpaksa.

Baiklah, akan saya coba menjawab.

Pertanyaan dari WINDA:

1. nambah atau ngurangin timbunan?
Niatnya ngurangin, prakteknya nambah. 

2. pinjam atau beli buku?
Beli donk. Soalnya bacanya tergantung mood, kasian buku yg dipinjem kalo sampe nginep di rumah berbulan-bulan.

3. baca buku atau nonton film?
Baca buku. Nonton film mah cuma buat selingan.

4. beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)
Berhubung belakangan suka males keluar rumah, ONLINE. Offline cuma kalo mentok gak nemu di Online (dan lagi ada diskon besar-besaran)

5. (penting) buku bajakan atau ori?
ORI. (meskipun tetep unduh kalo mentok dan sangat-sangat ingin baca banget saat itu juga)

6. gratisan atau diskonan?
Gratisan aja. :p

7. beli pre-order atau menanti dgn sabar?
Dulu impulsif PO, tapi belakangan semakin bijak untuk menanti dengan sabar.

8. buku asing (terjemahan) atau lokal?
Buku asing aja deh. Lokal hanya kalo direkomen temen, itu juga ternyata suka beda selera.
----
(pembatas buku)
9. penting atau biasa aja?
Biasa aja. Kadang-kadang butuh sih, tapi nggak ada juga nggak masalah. Biasanya inget kok terakhir baca di bagian mana. ^^

10. bookmark atau bungkus chiki?
Tergantung tujuannya ya. Kalo buat ngebatasin buku, dua-duanya boleh. Tapi buat koleksi? Bookmark deh. :p


Nah, pertanyaan dari Ren:

11. ebook atau paperback?
Buat baca ebook, buat koleksi paperback.

12. cover dengan gambar orang atau pemandangan?
Gambar orang (asal keren). Tapi pemandangannya HR versi Gramed waaaay better than HR versi Dastan

13. Stephenie Meyer ( Twilight) atau E.L.James (Fifty Shades of Grey)? 
Nggak tertarik baca dua-duanya, tapi berhubung udah nonton filmnya dan salut ama efeknya terhadap perkembangan dunia novel dan film, Stephenie Meyer ( Twilight) aja. Banget.

14. metropop atau chicklit?
Metropop aja deh.

15. dengerin musik saat baca buku, yes or no?
No. Nggak konsen, bawaannya jadi pengen ikut nyanyi. Meskipun kalo udah serius baca musiknya juga akan terlupakan sih.


Hasil semedi saya berupa 5 pertanyaan berikut:
11. Cover novel: Gramedia atau Dastan?

12. Ngikutin tren (baca yang emang lagi rame dibicarakan orang) atau cuek aja (fokus sama buku yang emang pengen dibaca meskipun nggak ada orang yang baca buku itu)? Fiction only, please.

13. Buku berseri: kudu baca berurutan atau baca manapun yang kayaknya lebih bagus?

14. Tiduran atau duduk?

15. Buat koleksi: Hardcover atau softcover?

Dan saya akan menembak ... (celingukan dan klik sana sini dulu)
1. Lina Riyanty
2. Maryana Ulfah As Roro
3. Wenny Widyastuti
4. Retno Dewi Yani
5. Edisty Friskanesya

Monday, April 15, 2013

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop (Indonesia only)

SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-2 
BLOGGER BUKU INDONESIA!


Ini adalah kali pertama saya ikutan merayakan ultahnya BBI. Tahun lalu nggak. Nggak ngeh soalnya. *padahal ngaku member ya. :D
Anyway, tahun ini, meskipun telat 2 hari, saya mau ikutan ah meramaikan Giveaway Hop. Karena saya senang bagi-bagi hadiah. Seperti halnya saya senang mendapatkan hadiah. Karena lagi nggak kreatif, saya memanfaatkan stok buku di rumah yang masih segel. 
Dan inilah pilihannya. 



Psssst... kalo di tengah acara saya kepikiran nambah hadiah, nggak apa-apa ya. Toh pilihan buku nggak fix kok. Kalo kamu ternyata menang dan ingin berubah pilihan, it's okay. ^^

Tentang giveaway ini:
Berlangsung dari tanggal 13-26 April 2013 (maafkan bila daku baru ngeh dan posting tanggal 15. :D)

Hadiah:
1 orang yang beruntung (dipilih secara acak) boleh pilih salah satu buku dari pilihan buku di atas.

Yang boleh ikutan:Terbuka untuk umum, tapi khusus untuk yang berdomisili di Indonesia (ongkos kirim gratis!)

Gimana cara ikutan? 
Silakan isi Rafflecopter di bawah ya. Kalo belum muncul, sabarlah.
Buat yang masih belum familiar dengan Rafflecopter, be smart-lah. Silakan coba-coba, ato tanya Mbah Google. Kalo mentok, boleh kok tanya-tanya lewat komen di postingan ini. ^^

PENTING DIINGAT! Isilah dengan jujur dan teliti. Kalo kamu asal isi (klik enter) tanpa melakukan apa yang diminta (misalnya, ngaku udah jadi follower padahal belum), kamu akan didiskualifikasi (karena saya akan cek satu persatu jawaban yang masuk!)

Siaaaap? Semoga beruntung! ^^

a Rafflecopter giveaway


Inget untuk mampir ke blog-blog keren lainnya yang juga ngadain giveaway yaaaaa.... 

Sunday, April 7, 2013

Review: Menaklukkan Hati Sang Marquis oleh Julia Quinn


Edisi: Paperback, 448 halaman
Tanggal Terbit: April 2011
Penerbit: Dastan Books 
ISBN139786028723794
Bahasa: Indonesian
Judul Asli: How to Marry a Marquis (diterbitkan pertama kali 9 Maret 1999)

Elizabeth Hotchkiss harus menikah secepatnya dengan seorang laki-laki kaya. Sebagai saudara perempuan tertua dengan tiga adik masih kecil, ia harus bekerja keras untuk membiayai kebutuhan keluarganya sejak kedua orangtuanya meninggal. Namun, kebutuhan mereka semakin lama semakin meningkat sehingga ia tidak tahu lagi harus mendapatkan uang dari mana. Elizabeth lalu memutuskan bahwa satu-satunya cara adalah menikah dengan bangsawan yang kaya.


Sementara itu James Sidwell alias Marquis of Riverdale, diminta datang oleh bibinya yang kebetulan merupakan majikan Elizabeth, untuk menyelidiki suatu kasus kekerasan. James datang dengan menyamar sebagai pengurus properti. Ia menerima undangan bibinya karena ingin melarikan diri dari gadis-gadis yang mengejarnya di London. Selama ini, James beranggapan tidak ada wanita yang mampu membuatnya tertarik. Namun, semua itu langsung berubah sejak pertama kali ia melihat Elizabeth. James langsung terpukau dengan kecantikan dan kebaikan hati Elizabeth sekaligus lidah Elizabeth yang tajam yang entah bagaimana sekaligus membuatnya terpikat. Di lain pihak, seumur hidupnya baru kali ini Elizabeth bertemu dengan seorang laki-laki setampan James. Setiap kali berdekatan dengan James, jantungnya selalu berdebar-debar. Namun, Elizabeth tidak bisa jatuh cinta pada James, karena James mengaku sebagai laki-laki miskin.



Setelah jati diri James yang sebenarnya terkuak, apakah Elizabeth masih mau menerima James yang sudah membuatnya merasa tertipu dan tersakiti dengan penyamaran pria itu selama ini? Dan apakah tekad James cukup kuat untuk meyakinkan Elizabeth agar mau menikah dengannya?


REVIEW SAYA:
Setelah sukses menyelesaikan buku pertamanya, saya langsung penasaran baca dan melanggar janji membacanya kalo udah berhasil menyelesaikan laporan. Duh!

Jadi cerita dimulai seperti sinopsis di atas, dan ini merupakan salah satu tema favorit saya, yaitu ketika di mana salah satu tokoh berpura-pura menjadi orang lain. :)
Karena sudah lama nggak baca buku-bukunya JQ, saya benar2x lupa siapa itu Lady Danburry yang namanya sangat familiar. Tentu saja saya mengenal William Dunford, nama itu juga familiar, meskipun saya nggak tau persis dia muncul di novel yang mana. Jangan-jangan saya udah baca tapi nggak inget?

Anyway, saya suka banget dengan ide buku merah itu. Bagaimana Susan, adik Elizabeth (alias Lizzie), dengan bijaksana meminta Lizzie untuk benar-benar memraktekkannya. Padahal dia baru umur 14 tahun. Yah, kemudian ceritapun mengalir, dan saya suka dengan interaksi antara James dan Lizzie. Lagi-lagi, dialog yang cerdas (dan cepat) antara tokoh-tokoh, termasuk tokoh tambahan selain Lizzie dan James membuat saya sempat keteteran mengikutinya.

Baca buku kedua tentang James dan Lizzie jauh lebih cepat dan dibandingkan buku tentang Caroline dan Blake. Saya jauuuuuuh lebih menyukai karakter Lizzie dibanding Caroline. 

Secara keseluruhan, saya suka dengan semua karakter di buku ini, kecuali ... Caroline. Duh, perasaan saya ke Caroline antara pengen ketawa dan sebel. Saya jadi merasa bisa merasakan kekesalan James waktu Caroline bolak-balik nyeletuk. Jadi sementara orang-orang merasa buku satu lebih seru (karena emang situasinya amat sangat ajaib dan konyol, ditambah karakter Caroline yang bebas lepas dan cenderung impulsif), saya justru lebih suka dengan pasangan James dan Elizabeth. Tapi bener sih, seperti kata temen-temen, kemunculan Blake dan Caroline di sini bikin suasana jadi lebih rame. 

Saya kagum banget sama tokoh Elizabeth yang sangat setia dan sayang pada adik-adiknya. Kagum pada usaha dan kepeduliannya. Keterbukaannya mengenai masalah keuangan terhadap adik-adiknya yang, untungnya, bisa ikut menyikapi dengan bijaksana. Di tengah situasi seperti itu, saya melihat Lizzie tetap tegar, tetap positif dan bisa membuat adik-adiknya juga tetap positif. Saya bisa mengerti kekesalan James ketika Elizabeth mempertahankan harga dirinya dan menolak wesel pemberiannya, meskipun itu mengorbankan kesejahteraan adik-adiknya. 

Saya kasih bintang 4 (meskipun saya punya feeling seandainya saya baca edisi asli bahasa Inggrisnya adalah sangat mungkin saya memberi bintang 5).



Review: Memikat Sang Pewaris dari Julia Quinn


Caroline Trent sejak kecil harus tinggal berpindah-pindah dengan wali yang berbeda. Wali terakhirnya adalah seorang laki-laki yang tamak sehingga Caroline memilih untuk melarikan diri pada suatu malam. Namun, ia tidak menduga kalau malam itu adalah malam yang mengubah hidupnya selamanya.

Blake Ravenscroft adalah agen pemerintah yang menyelidiki kasus mata-mata. Ia memiliki masa lalu yang kelam serta memendam rasa sakit akibat ditinggal orang yang dicintainya sehingga ia menutup hatinya dan tidak pernah berpikir untuk menikah, sampai ia bertemu Caroline. Awalnya, Blake menyangka Caroline adalah mata-mata Napoleon. Ia menculik Caroline dan mengikatnya di tempat tidur. Setelah identitas Caroline terungkap, Blake menyadari kalau hatinya mulai goyah melihat Caroline yang riang dan polos. Sementara itu, Caroline mulai menyadari kalau dirinya jatuh cinta kepada penculiknya.

Penyelidikan Blake yang berbahaya tidak menggoyahkan keputusan Caroline untuk ikut membantu. Dan ketika nyawa Caroline terancam tepat di hadapannya, Blake pun harus menghilangkan trauma masa lalunya dan menyelamatkan Caroline sebelum semuanya terlambat...

REVIEW SAYA

Ini salah satu buku yang hampir selalu dielu-elukan teman-teman saya yang suka banget sama novel historical romance. Sebagai penggemar seri The Bridgerton-nya Julia Quinn, saya percaya bahwa novel ini bagus. Dan kocak, yang menurut saya salah satu kelebihan Julia Quinn.

Saya beli novel ini di tahun 2011, nggak inget bulan apa. Yang jelas, baru saya baca di bulan April 2013 setelah plastik segelnya dibuka ibu saya yang sudah selesai membacanya terlebih dahulu. Dan beliau mengeluhkan adanya cetakan yang salah, yaitu halaman 193-200-nya nggak ada, dan justru tergantikan sama isi novelnya Eloisa James. Jadi, sebagai pembaca, kita dipaksa mengira-ngira ada kejadian apa di antara bab 11-12.

Di awal buku, saya yang sudah lama nggak baca novelnya JQ langsung bisa merasakan kekhasan JQ dalam menggambarkan tokoh yang unik dan terkesan seenaknya sendiri. Well, Caroline emang beda. Setidaknya dari standard orang-orang di jaman itu, tapi nggak beda sama heroine-heroine. :D Anyway, bahkan ketika dia berdebat mulut dengan Percy, saya langsung inget bahwa yang bikin saya suka sama novel2xnya JQ adalah dialognya yang segar dan terkesan cepat, tapi ringan.

Ketika akhirnya Caroline bertemu Blake, yah, saya agak merasa aneh. Maksudnya, mengingat Blake adalah agen rahasia, harusnya sih suasananya bisa lebih sedikit dark. Tapi berkat karakter Caroline, semua jadi berasa konyol yang membuat saya jadi mikir, mungkin nggak siiiiiih??? Tapi saya menikmati interaksi dan dialog di antara mereka. Dan suasana jadi lebih seru begitu James, sahabat dan rekan kerja Blake, muncul. Dan lebih meriah lagi waktu Penelope, kakak perempuan Blake, juga datang berkunjung. Belum lagi tingkah konyol Perrwick, salah satu pelayan Blake. Berasa nonton film komedi.

Tapi niiiih ... tidak seperti saat membaca seri Bridgerton, saya merasa ada yang kurang. Dan cerita mereka nggak seseru yang selama ini dipromosikan teman-teman. Menurut saya, ada beberapa faktor yang memengaruhi penilaian saya ini:
  1. Saya dalam masa sedang mengejar tenggat pengumpulan tugas, yang berarti saya baca secepat mungkin karena penasaran tapi disertai rasa bersalah karena menyisihkan waktu buat baca novel. :D
  2. Apakah karena ini terjemahan? Bukannya sok bisa baca buku bahasa Inggris, tapi seringkali ada cerita-cerita yang lebih dapat 'feel'-nya pas pake bahasa aslinya.
  3. Gara-gara ada insiden kesalahan penjilidan yang membuat saya kehilangan sebagian cerita.
Tapi terlepas dari itu, saya menikmati buku ini, dan banyak bagian yang bikin saya nyengir-nyengir sendiri. Adegan intimnya nggak terlalu banyak, tapi menurut saya malah bagus, jadi sesuai dengan kepolosan Caroline, dan membuat hubungan mereka terasa manis, kayak permen kapas. ^^

4 bintang. Dan setelah berhasil menyelesaikan 1 laporan (padahal keseluruhan masih ada 5 laporan dan 1 proposal yang harus dikerjakan), saya pengen baca lanjutannya yang tentang James. Tapi lihat saja nanti. 


Tuesday, April 2, 2013

<a href="http://www.bloglovin.com/blog/5221265/?claim=v3sdt3bw2xa">Follow my blog with Bloglovin</a>

Thursday, February 21, 2013

Monthly Giveaway : Februari



INDONESIAN only, but INTERNATIONAL can check my other giveaway(s) on my other blog: 
Buku-Buku Didi
Thanks for stopping by. ^^




Udah beberapa minggu ini saya kepikiran untuk bagi-bagi buku setiap bulan. Selain karena terinspirasi dari beberapa blog yang udah pernah saya kunjungi, ini juga dalam rangka ngurangin isi rak buku saya. Soalnya kecepatan membacanya tidak sebanding dengan kecepatan menambah jumlah buku. Belum lagi tambahan buku-buku di tablet ato e-reader.

Kebetulan saya punya ini 2 set, dapat sampel gratis dari penerbitnya. Jadi saya mau bagi-bagi buat temen-temen. Buat teman-teman yang berminat, silakan isi rafflecopter di bawah ini ya. Good luck!

a Rafflecopter giveaway


Thursday, February 7, 2013

What's In a Name Reading Challenge 2013


Ikutan challenge di blognya Ren aaah ... Tahun kemaren di blognya Mbak Fanda, tau tuh terpenuhi atau nggak ya? Kebiasaan kalo ikut challenge semangat di depan, dan biasanya ke belakang suka lupa. Baru ikutan daftar sekarang. :D

Buat Indonesia bloggers yang mau ikutan, sok atuh meluncur ke SANA ... dan silakan baca sendiri rulesnya. :D

As for me, saya mau ambil level 2 dulu sementara:
Level 2 : What's in a Name  (Baca 10 buku dengan nama tokoh di judulnya)

Yang mau dibaca:
  1. by 
  2. by 
  3. by 
  4. by 
  5. by 
  6. by 
Alternatif/cadangan:
Mari kita lihat nanti apakah saya berhasil menyelesaikan challenge ini. :D
Wish me LUCK!